Fenomena Akiya di Jepang
Akiya dalam bahasa Jepang memiliki arti rumah kosong. Ya, selama beberapa tahun terakhir, jutaan rumah di Jepang terbengkalai dan ditinggalkan oleh penduduknya.
Fenomena rumah kosong meningkat karena penurunan populasi dan angka kelahiran di Jepang. Semakin bertambahnya usia, semakin sedikit masyarakat yang tinggal di pedesaan dan memilih untuk tinggal di kota.
Bahkan, Kementerian Dalam Negeri Jepang mengungkapkan jika rumah kosong di Jepang mencapai 14 persen atau 9 juta hunian. Angka ini bahkan setara dengan jumlah rumah yang dapat menampung seluruh penduduk Australia dengan masing-masing rumah terdiri dari 3 orang.
Rumah-rumah lama ini telah lama ditinggalkan pemiliknya yang menyebabkan kondisi rumah banyak yang rusak sehingga dianggap tak layak disewakan maupun dijual dengan harga yang seharusnya.
Pasalnya, rumah-rumah yang terbengkalai tersebut tidak bisa dihancurkan begitu saja. Sebelum tahun 2015, pemerintah Jepang tidak memiliki hak untuk meminta pemilih rumah terbengkalai untuk mengelola rumah tersebut dengan baik. Namun, di sisi lain juga sulit untuk menemukan pemilik rumah yang sudah dibiarkan kosong.
Meskipun begitu, para pebisnis di Jepang tak ingin hilang kesempatan begitu saja. Akiya-akiya ini dijual dengan harga yang sangat murah untuk meningkatkan pembeli.
Baca Juga: Fenomena ‘Friendship Marriage’, Pernikahan Tanpa Cinta di Jepang
Berapa Harga Rumah di Jepang?
Beberapa akiya dibanderol dengan harga sekitar $10.000 atau setara Rp 151 Juta. Bahkan, agen properti ada yang mengiklankan dengan harga $1 atau setara dengan Rp15ribu, begitu menggiurkan bagi kalangan kelas menengah ke bawah.
Sejumlah orang pun mulai menyerbu akiya karena harganya yang ramah di kantong. Maraknya iklan jual-beli akiya membuat banyak situs web yang muncul terkait akiya sehingga memudahkan bagi para pemburu akiya untuk mendapatkan informasi soal harga, lokasi, hingga kontak yang bisa dihubungi.
Banyaknya rumah kosong di Jepang dianggap sebagai ancaman karena rentan dijadikan tempat pembuangan sampah ilegal serta pembakaran yang dapat merusak lingkungan.
Akiya atau rumah kosong di Jepang ini biasanya terletak di pedesaan sehingga jauh dari akses transportasi umum maupun perkantoran. Jika membeli akiya maka biaya mobilitas seseorang dari rumah ke kantor akan sangat mahal. Ditambah kondisi rumah yang rusak sehingga memerlukan biaya untuk renovasi.
Akiya yang dibanderol dengan harga murah tentunya dalam kondisi yang sangat tua. Bahkan usia bangunan yang cukup tua membuat struktur bangunan juga perlu dibangun ulang. Tentunya diperlukan biaya ekstra untuk membuat struktur tahan gempa bagi rumah di Jepang yang rawan gempa. Di samping itu, perlu biaya perawatan rayap dan jamur, pergantian lantai dan wallpaper, hingga perbaikan atap dan dinding eksterior yang membuat pembeli perlu merogoh kocek cukup dalam.
Menurut salah satu pemilih situs akiyaz.io, Matthew Ketchum, biaya yang perlu dikeluarkan pembeli akiya sekitar ¥5-10 juta atau setara dengan Rp 523 Juta hingga Rp1 Miliar untuk melakukan renovasi rumah.
Jika dihitung maka biaya yang dikenakan tidak beda jauh dibandingkan rumah dengan struktur bangunan baru atau bahkan mungkin lebih mahal. Oleh karena itu, tidak sedikit pembeli akiya yang akhirnya terpaksa menelantarkan kembali rumah yang mereka beli atau batal untuk membelinya karena perkiraan biaya yang jauh lebih mahal.Nah, itu dia informasi menarik seputar fenomena rumah kosong atau akiya di Jepang. So, Japafans ada yang cita-cita ingin tinggal di Jepang?
Baca Juga: Japanglish: Fenomena Bahasa Unik di Jepang
Jumlah rumah kosong di Jepang terus meningkat. Fenomena ini bertepatan dengan penurunan jumlah penduduk.Berdasarkan pemberitaan surat kabar Asahi Shimbun pada Sabtu, 4 Mei 2024, ternyata banyak rumah tangga yang tidak menyalakan lampunya setiap hari. Selain itu, banyak rumah memiliki dinding yang ditutupi tanaman merambat atau bahkan atap bertingkat.“Menurut survei yang dilakukan pemerintah Jepang, jumlah rumah 'akiya' (kosong) mencapai 9 juta. Angka tersebut setara dengan 13,8 persen dari total jumlah rumah tangga di Jepang,” tulis Asahi Shimbun.Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sekitar 1 dari 7 rumah tidak berpenghuni, alias kosong. Dari 9 juta unit rumah AKEA, 4,76 juta unit rumah, termasuk unit rumah baru dibangun, disewakan atau dijual.Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa jumlah rumah kosong tanpa tujuan komersial semakin meningkat. Jumlah hunian tersebut bertambah 370.000 hunian dibandingkan survei sebelumnya hingga mencapai 3,85 juta hunian. Jumlah ini merupakan yang tertinggi yang pernah tercatat.“Rumah Akiya terancam roboh. Rumah-rumah yang kosong dan terbengkalai juga berisiko menjadi tempat pembuangan sampah atau pembakaran oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitar,” tulis Asahi Shimbun.“Di Jepang secara keseluruhan, jumlah unit rumah kosong meningkat sebesar 510.000, dibandingkan 8,49 juta pada survei sebelumnya pada tahun 2018. Sebaliknya, tingkat kekosongan perumahan meningkat sebesar 0,2 persen hingga mencapai 13,8 persen,” tambahnya.Dilihat dari wilayahnya, prefektur dengan persentase rumah tangga AKEA tertinggi adalah Wakayama dan Tokushima dengan 21,2%, disusul Yamanashi dengan 20,5%.Pemeriksaan rumah dilakukan setiap lima tahun sekali sejak tahun 1948, dan terakhir dilakukan pada bulan Oktober 2023. Data menunjukkan jumlah rumah kosong terus meningkat sejak tahun 1973, meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir.Pemerintah setempat percaya bahwa munculnya rumah Akiya disebabkan oleh penuaan penduduk Jepang. Rumah mereka menjadi kosong karena penghuninya menua atau meninggal hingga mereka dipindahkan ke panti jompo.“Tren anak-anak yang tumbuh dan hidup terpisah dari orang tua juga turut berkontribusi terhadap munculnya akiya,” ujarnya.Meski sudah diserahterimakan kepada kerabat, masih banyak rumah Akia yang terbengkalai di sini. Hal ini disebabkan beberapa faktor: biaya pembongkaran yang tinggi, nilai jual kembali yang rendah dan alasan lainnya.Berdasarkan aturan baru, rumah kosong yang baru dibangun harus bertanggung jawab atas pemeliharaannya dari pemiliknya. Jika tidak diperbaiki maka akan dihapus dari daftar pembebasan pajak.
Informasi properti yang disajikan sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengiklan. Pengguna disarankan untuk melakukan verifikasi dengan pengiklan sebelum mengambil keputusan.
Ada masalah dengan properti atau agen terkait?Beri Tahu Kami
Tanjungpinang- Pedagang di Pasar Bintan Centre Tanjungpinang, ibu kota Kepulaian Riau menjual berbagai jenis ikan dengan harga yang relatif murah atau turun dibanding pekan lalu.
Salah seorang pedagang, Suprianto, di Pasar Bintan Centre, Selasa (30/3), mengatakan, rata-rata harga ikan yang dijual sekarang kepada konsumen turun Rp5.000 dibanding pekan lalu.
Ia menyontohkan, harga ikan merah yang dijual kepada konsumen sebesar Rp50.000/kg, sementara sebelumnya Rp55.000/kg. Begitu juga harga ikan putih turun dari Rp50.000/kg menjadi Rp45.000/kg.
Harga ikan lambai pun turun dari Rp35.000/kg menjadi Rp30.000/kg. Harga ikan tenggiri juga turun dari Rp65.000/kg menjadi Rp60.000/kg.
"Kalau harga ikan amoi hanya turun Rp2.000, dari Rp30.000 menjadi Rp28.000," ujarnya.
Kontrakan merupakan pilihan yang diambil oleh banyak orang untuk mendapatkan hunian terjangkau yang nyaman dan sesuai kebutuhan. Kalau kamu juga termasuk salah satunya, maka cari sewa rumah kontrakan terdekat di Rumah123.com bisa jadi pilihan tepat untukmu. Ada beberapa keunggulan sewa rumah khususnya dari segi fleksibilitas. Pertama dari jangka waktu, di mana kamu bisa sewa rumah dengan periode yang disesuaikan kebutuhan misalnya bulanan atau tahunan. Kedua, kamu juga bisa lebih fleksibel dari segi lokasi. Ini tentunya jadi solusi, khususnya kalau kamu adalah orang yang sering berpindah-pindah atau kamu yang belum yakin dengan lokasi yang ingin ditinggali. Dengan menyewa rumah, kamu bisa pindah dengan mudah ke area yang berbeda tanpa harus merasa terikat seperti halnya jika membeli rumah.
Ya, berbeda dengan membeli, jika kamu menyewa rumah tentu tidak perlu terikat komitmen jangka panjang seperti kredit rumah selama bertahun-tahun ataupun terikat tanggung jawab kepemilikan rumah. Dengan memiliki rumah, kamu berarti bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikan rumah. Hal ini sebaliknya jadi keunggulan kalau kamu sewa rumah, karena tidak perlu khawatir dengan perawatan dan perbaikan rumah yang memakan biaya. Lalu yang tak kalah menarik jika dilihat dari segi biaya, di mana sewa rumah konrakan tidak membutuhkan bujet yang besar seperti halnya beli rumah. Tapi meski merupakan hunian sementara, bukan berarti kamu bisa pilih rumah kontrakan dengan asal-asalan. Cari rumah disewakan hanya di Rumah123.com dengan memilih tarif sesuai bujet, lokasi dan spesifikasi rumah yang diinginkan atau dibutuhkan. Setelah menemukan pilihan, jangan sungkan untuk menghubungi kontak yang tersedia untuk bertanya informasi lebih lanjut. Selamat mencoba!
Japafans mau tinggal dan punya rumah di Jepang? Tahu nggak sih, ternyata harga rumah di Jepang bisa lebih murah daripada di Indonesia, lho. Kok bisa? Kondisi ini terjadi karena fenomena Akiya yang terjadi di Jepang. Apa Itu Akiya?